Sebuah rezeki yang datang dari Allah kepada para Srikandi, peserta PPSDMS R3 Putri, untuk berkunjung ke rumah Ibunda Septi, seorang ibu profesional yang telah sukses melahirkan dan mendidik anaknya menjadi outstanding children . Ibu Septi ini merupakan role model yang sangat tepat bagi para srikandi. Karena apa? Karena di asrama sedang hangat topic tentang munakahat, imam kece, ibu hebat, dan anak shalih, shalihah. Nah, dari sini kami belajar how to be good wife and good mom. Ibu Septi, merupakan seorang wanita yang telah berhasil mendidik anak-anaknya dirumah tanpa mengikuti sekolah formal namun anak-anak beliau sekarang menjadi anak yang sukses. Anak pertama, Enes sekarang kuliah di Singapore, di umur 18 tahun dia akan menjadi sarjana. Anak kedua, Ara, dia memiliki peternakan sapi dan sekarang sedang kuliah juga di Singapore. Anak terakhir, Elan, dia bercita-cita menjadi ahli robot. Saat ini Elan sedang membuat robot pengambil sampah dan dia ingin kuliah di Jerman. Tidak han...
Sebuah ruangan di Ulen Sentalu yang penuh dengan puisi-puisi untuk putri Tineke(Nama Eropa Beliau), GRAj Koes Sapariam. Ada sekitar 29 puisi yang ditulis oleh teman-teman putri Tineke, baik dari kakaknya, temannya di Eropa dan temannya yang sesama putri. Saat itu, putri Tineke mencintai seorang pangeran. Namun, ibunya tidak merestui hubungan mereka. sehingga membuat putri Tineke sedih. Kesedihan beliau menarik simpati temannya sehingga membuat puisi-puisi untuk beliau agar beliau kuat dan tabah. Tak lama kemudian, kesabaran putri Tineke menjawab cintanya. Saat kakaknya, Pangeran Boby (nama eropa beliau) naik takhta, maka beliau menikahkan adiknya, putri Tineke dengan seorang pangeran yang dicintai adiknya tersebut. Pada saat itu, ibunya tetap masih belum merestui hubungan mereka. Namun, putri Tineke tetap mencoba meminta restu dari ibunya. Takdir cinta memang tidak ada yang tahu. Dalam usia 53 tahun, putri Tineke wafat bahkan mendahului ibunya...
Di bandara Schipol Amsterdam, akhirnya saya bertemu dengan teman, Inna (UGM) dan Lucky(UNAIR). Walaupun sama-sama dari Indonesia, tapi pertemuan pertama kami adalah di Amstredam. Setelah berkumpul, saatnya menuju kota Eindhoven. Kami akan mengunjungi kak Alifah Syamsiah, yang biasa dipanggil kak Lili. Beliau adalah kakak seperguruan di Asrama PPSDMS yang sekarang sedang menjadi mahasiswa PhD di TU/e (Technologycal University of Eindhoven). Saat itu, saya dan inna sudah memiliki tiket kereta menuju eindhoven seharga 7 euro yang dibelikan oleh kak Lili melalui group ticket. Sedangkan Lucky belum punya tiket, sehingga ia harus membeli tiket kereta di counter station seharga 25 euro. Transportasi antar kota di Belanda tergolong mahal, namun ada beberapa cara untuk berhemat, misalnya dengan membeli tiket melalui grup ticket atau beli di supermarket seperti HEMA atau Albert Heijin yang sering mengadakan promo. Jadi ingat, dulu pernah ba...