Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Putri Tineke

Sebuah ruangan di Ulen Sentalu yang penuh dengan puisi-puisi untuk putri Tineke(Nama Eropa Beliau), GRAj Koes Sapariam. Ada sekitar 29 puisi yang ditulis oleh teman-teman putri Tineke, baik dari kakaknya, temannya di Eropa dan temannya yang sesama putri.  Saat itu, putri Tineke mencintai seorang pangeran. Namun, ibunya tidak merestui hubungan mereka. sehingga membuat putri Tineke sedih. Kesedihan beliau menarik simpati temannya sehingga membuat puisi-puisi untuk beliau agar beliau kuat dan tabah.  Tak lama kemudian, kesabaran putri Tineke menjawab cintanya. Saat kakaknya, Pangeran Boby (nama eropa beliau) naik takhta, maka beliau menikahkan adiknya, putri Tineke dengan seorang pangeran yang dicintai adiknya tersebut. Pada saat itu, ibunya tetap masih belum merestui hubungan mereka.   Namun, putri Tineke tetap mencoba meminta restu dari ibunya.  Takdir cinta memang tidak ada yang tahu. Dalam usia 53 tahun, putri Tineke wafat bahkan mendahului ibunya. Beliau jatuh saki

Semu

Mungkin kita pernah merasa sangat-sangat bahagia Padahal ada beberapa sumber bahagia yang semu Namun, walaupun sumber bahagianya semu rasa syukur kita pada Allah tidak boleh semu Terima kasih telah membahagiakan Entah itu semu atau kenyataan

Kado

Suatu siang di Banjarnegara, "Ada acara tukar kado ya? waah tia enggak bawa kado. Hiks" "Yaudah tia ambil kado ria aja" "loh ntar ria gimana?" "Enggak apa-apa" "Oh, oke. kalau gitu nanti tia kirim ke alamat ria aja ya" "Iya, boleh" terus tianya berfikir, "enggak boleh gitu dong, kan ria sudah bawa kadonya dari jauh. kayaknya ada penjual sesuatu deh di sekitar tempat ini". lalu tia pergi ke tempat penjualan marchendise, diapun membeli sebuah mug. "Mbak, tolong dibungkus ya, pake koran aja" waktunya, tukar kado dimulai.... "hayoo hayoo sini kumpulin kadonya biar diberi nomor", kata kak rona. Semua orang sudah mengumpulkan kado, setiap orang mengambil undian. lalu, masing-masing membuka kejutannya. dan ternyata tia mendapatkan kado dari ria. kebetulan yang manis. kak rona bilang "tadi kata ria kadonya sudah dikasihin buat tia, tapi ria tetap ngumpulin kadonya. alhamdul

Opor

pagi. Opor kesukaan. Sebelum ke kampus "Ibu, maaf makannya gak abis" "oh iya gak apa-apa mbak" "Makasih bu" "emang kenapa mbak, kan biasanya selalu habis?" "enggak apa-apa bu, lambung saya mengecil bu, hatinya lagi inflamasi. Opornya tetap enak kok bu" ibunya, diam. "berapa bu jadinya?" "sepuluh ribu" "mari bu"

Abu-Abu

Dalam ragu, tetap menunggu Dalam ragu, tersimpan rindu Dalam ragu yang tak pernah beranjak temu Haruskah menyerah dalam diam karena tak kuasa? Haruskah menyerah dalam ragu yang masih menyimpan percaya? Bila ia berwarna karena angan belaka, maka akan pudar seketika Tapi ini beda, membuat lama dalam menerka apa anggap saja tak pernah ada? lalu melangkah lebih leluasa bukankah disana masih tersimpan asa?

Maaf

Ya Allah, Mohon maaf jika hambamu ini keinginannya banyak sekali Dan maaf jika selama ini ada nikmat yang lupa untuk di syukuri Namun, keinganan-keinginan itulah yang membuat semangat menjalani hidup. semoga Engkau ridha, Ya Allah Semoga apa yang dilakukan akan mempermudah jalan bertemu dengan-Mu. Dekatkanlah aku dengan kebaikan-kebaikan. Aamii

Asa yang Merasa

Harusnya bisa sabar Harusnya lebih tegar Karena semuanya hanya sebentar dan mungkin tak lama akan memudar tapi ada rasa tapi ada asa rasa dan asa yang kadang memaksa selalu jauhi peluh selalu hindari lelah karena pejuang tak akan kalah Apalagi selalu bersama Allah :)

Blender

Ini cerita sederhana tentang sebuah mimpi yang sederhana. Apa itu? “ Pengen punya blender, masuk dalam daftar cita-cita 2015” Alhamdulillah, hari ini dikamar kosan bersemayamlah sebuah blender. Ada cerita unik dibalik kepemilikan blender itu. Begini ceritanya : Pada suatu hari, teman-teman PKM mengunjungi aku yang lagi ngelab untuk menyelesaikan skripsi. Mereka bawa dua berita baik, yang pertama berita baik, kita akan mensummit jurnal penelitian kita. yang kedua, berita buruk, yaitu aku harus membuat ekstrak kaktus centong lagi. Awalnya pengen sedih, kenapa mereka tega, hiks. Padahal skripsiku masih belum selesai. Tapi kata mereka, mereka siap bantu. Karena pembuatan ekstrak itu lumayan mudah, akhirnya sehari kemudian kita akan buat ekstrak lagi. Ada teman yang mengambil kaktusnya dipantai yang jauh. Setelah kaktus sampai jogja, udah dibuang duri-durinya, udah dipotong dan dicuci, tapi pas mau di blender, blendernya malah enggak ada. Aku cari-cari disekitaran lab, tet

Blog dan Zaman kepo-kepoan --_--

“Nis, kenapa kamu masih suka nulis di blog?” “karena aku suka nulis aja sih, tapi gak suka di kepo banyak-banyak hehe” “lah kan di blog bakalan ada yang kepoin juga. Gimana sih?” “Hmmm….kalau ada orang yang kepo di blog ini, pasti dia orang yang spesial. Spesial banget malah. Sesimple itu” “Kok bisa?” “Cuma spekulasi aja sih. Hehe…yaa bayangkan aja, ini blog udah diganti alamatnya, gak pernah di publish di media seperti fb, tumblr, instagram, dan lain-lainnya” “terus?” “yaa kemungkinan, orang yang bakalan nemu blog ini adalah orang yang pengen tau banget. Kenapa pengen tau banget? Yaa banyak alasannya” “oh seperti itu(ala syahrini)” “iyaa, tuh kan kamu ikutan kepo” “upps ketauan, hehe. Ampun kak nis :P”

Kakek

Gambar
Banyak hal yang kakek ajarkan ketika kecil, banyak hal yang diceritakan, sangat banyak kenangan tentang kakek. Dulu sebelum masuk sekolah, kakek selalu mengajak cucunya membawa sapi ke sawitan untuk makan rumput. Seringnya kakek membawa gerobak roda dua, cucu-cucunya sangat senang. Mereka tidak pernah sadar bahwa kakek juga lelah mendorong mereka. namun, kakek tidak pernah mengeluh, kakek senang jika cucu-cucunya bahagia. Selama menunggu sapi makan, kakek memotong rumput untuk makanan sapi di kandang. Saat itu cucunya bermain-main disawitan sambil menghindari ulat-ulat yang ada di pohon sawit. Setelah hari agak siang, gerobak kakek sudah dipenuhi rumput. Cucunya harus jalan sekarang, tidak bisa naik gerobak lagi. Kakek mengajak cucunya pulang dan juga sapinya. Sepanjang jalan kakek bercerita banyak hal, tapi cucunya tidak ingat. Setelah sampai rumah, tiba waktunya kakek makan siang bersama cucunya. Kebiasaan kakek adalah menyuapi cucunya tapi tidak langsung ke mulutnya.

Cerita B

Karena kamu sibuknya minta ampun, sore itu aku berusaha untuk menelepon saja. Walaupun sebentar, cuma mau bilang semangat aja.  Tuuuttt…telepon tersambung. “Halo, Assalammu’alaikum”. Suara seorang perempuan keibuan diseberang sana. Lalu aku berfikir, ini suara tante mega. Mamanya. “wa’alaikumsalam tante”. “Ini siapa ya?”. “Ini Ulfah tante, temannya Arga. Arganya lagi sibuk ya tante?” “Iya, dia lagi sibuk banget nak. Kemarin dia cerita kalau lagi jatuh cinta, terus sekarang dia lagi sibuk banget, seringnya tidur disekitar kampusnya. Enggak pulang kerumah. Pulangnya cuma ganti baju dan makan saja lalu pergi lagi. Lagi banyak urusan katanya. Kalau ada perlu, sabar dan tunggu dulu ya ulfah”. “oke tante. Terima kasih banyak” Setelah itu, telepon belum terputus. Tante mega bercerita banyak hal, diseberang sana juga ada suara om arta. Mereka tertawa dan saling cerita. Kami saling bercerita. tapi aku tidak ingat lagi apa yang kami ceritakan. Suaranya sa