Nenek dan Anak Perempuan
Suatu malam di Jalan Kaliurang,
perempatan MM UGM. Sebuah tempat makan dipinggir jalan dihampiri sebuah motor
warna merah putih. Dia anak perempuan, memesan menu yang selalu sama untuk makan
malamnya, Lele bakar dengan nasi uduk, dibungkus. Awalnya anak perempuan itu
ingin menunggu ditempat, mungkin sekitar 10-15 menit akan selesai. Namun,
ketika dia akan duduk, bangku yang tersisa hanya didepan sepasang muda-mudi
yang sedang makan berdua. Lalu dia mengurungkan niat dan memutuskan jalan-jalan
dulu lalu balik lagi dalam beberapa menit.
“mbak, ini nasinya diambil nanti
saja ya, saya pergi dulu”
Motor menyala dan melaju. Anak
perempuan itu menyusuri jalan kaliurang lagi. Dia ingat satu hal, dia harus
mengirim sesuatu. Motor merah putih itu, diparkirkan lagi, kali ini disebuah
Bank. Malam itu, harus antri dulu untuk bisa menggunakan mesin ATM. Sembari menunggu,
dia melihat seorang nenek yang berjalan gontai lalu berhenti didepan sebuah
warung martabak disebelah bank. Nenek itu menjulurkan tangannya, meminta pada
penjual martabak sebagian dari rezekinya.
Anak perempuan itu memperhatikan
nenek itu dari jauh. Sejurus kemudian dia memeriksa tasnya, untuk mengambil
sesuatu. Dia tidak menemukan apa-apa, hanya ada satu koin, tapi tidak mungkin
diberikan. Lalu dia merogoh kantong korsanya. Kosong juga. Dia tetap berusaha
mencari ditempat lain, karena dia yakin ada. Kemudian dia merogoh kantong
korsanya lagi. Ketemu, ini dia di kantong sebelah kiri.
Namun, dia terlambat. Sang nenek
sudah lewat didepannya dan berjalan agak jauh. Dia bermaksud mengejar nenek
tersebut. Tapi dia urung, entah kenapa kakinya terasa berat untuk mengejar. Kakinya benar-benar terasa berat.
Anak perempuan itu berfikir dalam
hati :
“tidak perlu dikejar. Sesuatu yang telah pergi, biarkan pergi.”
Kemudian, anak perempuan itu
masuk ke ruang mesin ATM. Kini sudah tiba gilirannya. Sang nenekpun sudah
hilang dari jangkauan matanya, perlahan hilang dibalik kendaran yang berjejer
dijalanan dan juga ditelan gelapnya malam.
Setelah itu, anak perempuan itu,
melanjutkan perjalannya menyusuri jalan kaliurang. Lalu diperempatan dia belok
kiri, masuk ke jalan pandega, lalu masuk ke jalan paling banyak polisi
tidurnya, daerah pogung. Dia tidak mencari apapun, Cuma menghabiskan waktu
untuk menunggu makan malamnya siap.
Sesampainya di jalanan pogung,
didepan sebuah kosan, ada seorang bapak satpam yang disapa oleh anak perempuan
itu. itu bapak satpam dikosan lamanya.
“kok gak mampir mbak”
“kali ini enggak pak”
Anak perempuan itu melanjutkan
perjalananya lagi. Menuju tempat awal, tempatnya membeli makan di jalan
kaliurang.
Tebak apa yang terjadi….
Seketika saat anak perempuan itu
tiba di warung wakan pinggir jalan itu. Tiba-tiba didepannya berdiri seorang nenek. Nenek
yang dia relakan kepergiannya tadi didepan Bank. Nenek yang membuat dia enggan
mengejar. Mereka bertatapan. Anak perempuan itu langsung mengambil sesuatu
untuk sang nenek. Sesuatu yang tadi tidak sempat dia berikan.
Mereka berdua bertukar senyum. Seperti
biasa, sang nenek lalu mendoakan anak perempuan itu. tapi tidak terdengar,
karena suara lembut sang nenek dikalahkan oleh deru kendaraan-kendaraan yang
lewat. Anak perempuan itu yakin apa yang di doakan nenek tersebut pastilah
sebuah kebaikan. Dia mengamininya.
Nasi uduk dengan lele bakar siap.
Langsung dibawa pulang.
Dalam perjalanan kembali ke
kosan, anak perempuan itu masih belum habis pikir tentang pertemuannya dengan
sang nenek.
Namun, ada satu pelajaran yang
dia ambil, ditulis begini dalam benaknya :
“tidak perlu dikejar. Sesuatu yang telah pergi, biarkan pergi. karena
kalau memang ditakdirkan pasti dipertemukan kembali diwaktu yang tepat. Ketika sama-siap,
yang memberi siap untuk memberi, yang menerima siap untuk menerima.”
Anak perempuan itu memberikan
sedikit rezekinya pada sang nenek dan sang nenek memberikan sebaris doa
untuknya. Dan mereka berdua sama-sama menerima pemberian tersebut.
Jalan sawa, 17 Mei 2015