Putri Tineke
Sebuah ruangan di Ulen Sentalu yang penuh dengan puisi-puisi
untuk putri Tineke(Nama Eropa Beliau), GRAj Koes Sapariam. Ada sekitar 29 puisi yang ditulis oleh
teman-teman putri Tineke, baik dari kakaknya, temannya di Eropa dan temannya
yang sesama putri.
Saat itu, putri Tineke mencintai seorang pangeran. Namun,
ibunya tidak merestui hubungan mereka. sehingga membuat putri Tineke sedih. Kesedihan
beliau menarik simpati temannya sehingga membuat puisi-puisi untuk beliau agar
beliau kuat dan tabah.
Tak lama kemudian, kesabaran putri Tineke menjawab cintanya.
Saat kakaknya, Pangeran Boby (nama eropa beliau) naik takhta, maka beliau
menikahkan adiknya, putri Tineke dengan seorang pangeran yang dicintai adiknya
tersebut. Pada saat itu, ibunya tetap masih belum merestui hubungan mereka. Namun, putri Tineke tetap mencoba meminta
restu dari ibunya.
Takdir cinta memang tidak ada yang tahu. Dalam usia 53
tahun, putri Tineke wafat bahkan mendahului ibunya. Beliau jatuh sakit. Walaupun
beliau wafat dalam usia muda, tapi beliau bisa hidup bersama dengan orang yang
dicintainya.
Apakah ada hal yang lebih membahagiakan selain ketika kita
memiliki kesempatan untuk menghabiskan sisa hidup dengan orang yang kita
cintai?
Oleh karena itu, cinta memang membutuhkan pengorbanan. Siapa
yang benar-benar mencari, maka dialah yang benar-benar menemukan. Tapi bagi
seorang perempuan, ada perasaan yang lebih membahagiakan dari menemukan, yaitu
ditemukan.
salah satu puisinya, seperti ini :
Persahabatan tanpa cacat
salah satu puisinya, seperti ini :
Kupu tanpa sayap
Tak ada di dunia ini
Mawar tanpa duri
arang ada atau boleh dikata tidak ada
Persahabatan tanpa cacat
Juga jarang terjadi
Tetapi cinta tanpa kepercayaan
Adalah suatu bualan terbesar di dunia ini