Kakek
Banyak hal yang kakek ajarkan
ketika kecil, banyak hal yang diceritakan, sangat banyak kenangan tentang kakek.
Dulu sebelum masuk sekolah, kakek
selalu mengajak cucunya membawa sapi ke sawitan untuk makan rumput. Seringnya kakek
membawa gerobak roda dua, cucu-cucunya sangat senang. Mereka tidak pernah sadar
bahwa kakek juga lelah mendorong mereka. namun, kakek tidak pernah mengeluh,
kakek senang jika cucu-cucunya bahagia. Selama menunggu sapi makan, kakek
memotong rumput untuk makanan sapi di kandang. Saat itu cucunya bermain-main
disawitan sambil menghindari ulat-ulat yang ada di pohon sawit. Setelah hari
agak siang, gerobak kakek sudah dipenuhi rumput. Cucunya harus jalan sekarang,
tidak bisa naik gerobak lagi. Kakek mengajak cucunya pulang dan juga sapinya. Sepanjang
jalan kakek bercerita banyak hal, tapi cucunya tidak ingat.
Setelah sampai rumah, tiba
waktunya kakek makan siang bersama cucunya. Kebiasaan kakek adalah menyuapi
cucunya tapi tidak langsung ke mulutnya. Sendok itu diibaratkan seperti
helicopter yang sedang terbang membawa makanan. kakek juga menirukan suaranya….duuuuddduuuu
ngeng ngeeengggg. Lalu, Kakek sengaja mengarahkannya ke hidung, dagu, atau dahi
sampai cucunya ngambek barulah kakek mengarahkan makanan tesebut ke mulut
mereka. Pasti cucunya semakin menggemaskan saat ngambek.
Setelah makan siang, saatnya
rambut putih kakek dicabut. Sehelai rambut harganya Rp100,00. Kedua cucu kakek
berlomba-lomba menyabut rambut putih kakek. Masing-masing dari mereka memegang
pingset. Mereka sangat bersemangat karena akan diberi uang. Dasar anak-anak
memang begitu. Seorang cucunya bisa menyabut sampai 25 helai dan tiap
helaiannya benar-benar dihitung. Mereka berdua berlomba siapa yang dapat paling
banyak rambut putih. Setelah kakek meresa cukup, cucunya di minta untuk
berhenti dan kakek memberikan uangnya kepeda cucu-cucu tersebut. Nantipun uang
itu akan dijajani ke warung punya kakek, uangnya balik lagi. Selepas agenda
cabut rambut putih selesai, kakek dan cucunya tidur siang bersama di selembar
tikar diruang tengah. Hingga sore menjelang, cucu kakek di bawa kembali oleh
orang tuanya yang telah selesai bekerja.
Begitulah keseharian kakek
setelah pensiun dari PTP Nusantara I.
Sesekali kakek pergi ke ladang cabe dan kacang yang ada disamping rumah anak keduanya. Saat kakek di ladang, kadang-kadang cucu kakek menghampirinya diladang. Cucu itu meminta kakek mengajarkan dia menggambar. Dengan meninggalkan peralatan meladang, kakek memegang pensil warna cucunya dan buku gambarnya lalu menggambar seorang dengan rambut kriting sedang berdisco. Sang cucu yang sangking senangnya setelah mendapat gambar dari kakek, lalu dia pulang dan menempelkan gambar kakek di dinding ruang tamu.
Kalau dirumah,
kakek suka sekali membaca. Cucunya diam-diam meniru kebiasaan kakek tersebut. Kata
anak-anak kakek, dulu waktu kakek masih bekerja, kakek selalu langganan majalah
kartini, bobo dan lain-lainnya. tapi sama nenek sering dinasehatin untuk
berhemat. Kakek sangat suka membaca. Banyak sekali buku-buku dirumah kakek. Cucunya
sering ke gudang untuk mencari buku-buku bagus yang ada didalam karung. Padahal
waktu itu dia belum bisa membaca. Dia Cuma suka sama majalah bobo yang ada
nirmala dan okinya. Selama pencarian majalah bobo itu, Cuma halaman nirmala aja
yang dibuka dan ditumpuk jadi satu lalu di bawa pulang kerumah.
Kakek juga sering
mengajak cucunya ke pasar untuk membeli perlengkapan sekolah di toko Montana atau
Borobudur. Dengan motor kakek yang agak butut, kakek siap mengantarkan
kemanapun. Saat cucunya sudah agak besar, kakek juga mengajarkannya mengendarai
sepeda motor. Kakek selalu bilang, bisa kok. Dan tadaaaa, cucunyapun bisa
mengendarai motor. Cucunya berterima kasih pada kakek.
Hingga tahun
berganti tahun, cucunya semakin besar. Cucunya tersebut akan masuk SMA. Dia ingin
sekolah di luar kota agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik. ia ingin
sekolah yang ada asramanya. Sayangnya, ibu cucunya kakek (anak kedua kakek) sedang
sakit, jadi tidak bisa mengantarkannya. Padahal saat itu pendaftarannya akan
segera ditutup. Akhirnya, kakeklah yang menemani cucunya keluar kota untuk
melakukan pendaftaran. Cucunya ini suka mabuk perjalanan kalau naik bus. Alhamdulillahnya,
kakek selalu menyuruhnya tidur dan kakek selalu menyediakan kakinya sebagai
bantal. Alhasil, cara kakek tersebut mampu menghambat mabuk perjalanan cucunya.
Hingga dia sekarang enggak pernah lagi mabuk perjalanan.
Selama 3 tahun, sang cucu jarang bertemu kakek karena sudah berbeda kota. Lalu, setelah dia tamat SMApun, cucu tersebut belajar ditempat yang lebih jauh lagi. Namun, kakek tidak pernah dilupakan olehnya. Cucu kakek selalu mendoakan kakek.
Pada suatu kesempatan di bulan januari 2015, cucu kakek tersebut menginjakan kembali kakinya ke tanah rencong. Setelah tidur semalam dirumah. Ia mengunjungi rumah kakek, tempat dimana cucunya dulu sering dititipkan. Sebelum tiba ditanah rencong, cucu tersebut mendapatkan kabar bahwa mata kakek sedang sakit karena kena getah pisang. Kakek jadi tidak bisa melihat. Suatu malam, ada nenek dan kakek diruang tengah sambil nonton TV. Cucunya sedih melihat keadaan kakek, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Cucu tersebut mencium tangan kakek, lalu kakek hanya bisa membelai tangannya dan menanyakan apa kabar. Percakapan singkat tentang mata kakek diceritakan malam itu.
Beberapa bulan kemudian, saat cucu tersebut sudah balik untuk menyelesaikan skripsinya. Cucu tersebut mendapatkan kabar bahwa operasi mata kakek berhasil. Kakek bisa melihat lagi, walaupun hanya lewat mata sebelah kirinya. Mata kanan kakek, sudah diambil korneanya karena sudah rusak kena virus. Orang tua si cucu bilang, kakek sekarang kerjaannya membaca terus-terusan. Kakek senang sekali bisa membaca lagi. Alhamdulillah….
Saat ini, sang
cucu tersebut sedang berjuang menyelesaikan skripsi. Biar bisa pulang dan
ketemu kakek lagi. Dia ingin melihat kakek menyaksikan bahwa dia sudah besar
sekarang….
“tunggu ya kek, sebentar lagi icha pulang. Doakan
skripsi icha lancar dan bisa mendapatkan hasil yang baik. aamiin”
with Love
cucu kakek