Blender
Ini cerita sederhana tentang sebuah mimpi yang sederhana. Apa
itu?
“ Pengen punya blender, masuk dalam daftar cita-cita 2015”
Alhamdulillah, hari ini dikamar kosan bersemayamlah sebuah
blender. Ada cerita unik dibalik kepemilikan blender itu.
Begini ceritanya :
Pada suatu hari, teman-teman PKM
mengunjungi aku yang lagi ngelab untuk menyelesaikan skripsi. Mereka bawa dua
berita baik, yang pertama berita baik, kita akan mensummit jurnal penelitian
kita. yang kedua, berita buruk, yaitu aku harus membuat ekstrak kaktus centong
lagi. Awalnya pengen sedih, kenapa mereka tega, hiks. Padahal skripsiku masih
belum selesai. Tapi kata mereka, mereka siap bantu. Karena pembuatan ekstrak
itu lumayan mudah, akhirnya sehari kemudian kita akan buat ekstrak lagi. Ada teman
yang mengambil kaktusnya dipantai yang jauh.
Setelah kaktus sampai jogja, udah
dibuang duri-durinya, udah dipotong dan dicuci, tapi pas mau di blender,
blendernya malah enggak ada. Aku cari-cari disekitaran lab, tetap enggak dapet.
Terus tanya ke bapaknya, “pak, blender yang kemarin mana ya?”, “oh itu udah
patah, belum diganti”.
Akhirnya timku memutuskan untuk
beli blender.
“gini aja kak, ntar aku bayar 50
persennya, tapi abis itu blendernya buat aku. Gimana?”
“oh, ya udah boleh deh”
“Alhamdulillah”
Begitulah ceritanya kenapa bisa
punya blender. Walaupun blendernya udah digunain buat ngeblend kaktus, yaa gak
apa-apa bisa dicuci. Hanya dengan Rp60.000,00 blender siap dibawa ke kosan. Akhirnya
bisa buat bumbu halus kalau masak.
tapi di blender ini ada dana investasi dari teman-teman, jadi kalau mereka main ke kosan harus dibuatin jus gitu hehe.
tapi di blender ini ada dana investasi dari teman-teman, jadi kalau mereka main ke kosan harus dibuatin jus gitu hehe.
Kenapa pengen punya blender?
Simple. Biar masakan lebih enak. Biar
lebih semangat belajar masaknya.
Berawal dari kebiasaan makan opor
setiap pagi diwarung yang sama, membuat aku menyadari betapa makanan enak itu
bisa menumbuhkan kesetian, kebahagiaan. Mungkin kalau kamu ingat, aku pernah
bilang kalau “delicious food, good music and beautiful smile will creat happiness”.
Itulah salah satu kenapa aku memutuskan harus bisa masak. Belajar dari
sekarang, semoga bisa memasak makanan paling enak bagi orang-orang terkasih
dimasa depan.
Menunggu saat anakku bilang, “gak
bisa makan kalau bukan masakan mama” atau “kangen masakan mama selalu”.
(Khayalan banget, biar semangat belajar masaknya, insyaAllah).
Yah begitulah kisah blender,
semoga blender ini bisa awet yaa buat belajar. Biar bisa masak yang enak buat
kamu, iya kamu.