LOST IN TAIWAN
Saat kita berkunjung ke Negara lain, rasanya belum lengkap kalau enggak
ada cerita kesasarnya. Yups, hari ini aku kesasar, 22 july 2013. Kesasar yang
manis…. J
Berawal dari
kecerobohan beberapa hari yang lalu. Terlalu buru-buru sehingga meninggalkan
sesuatu dirumah professor. Nah, beliau memiliki seorang penjaga rumah yang
berasal dari Indonesia. Oleh sebab itu, aku sering berkunjung ke rumah professor
dan aku meninggalkan sebuah kaos di kamar penjaga rumah beliau. Namanya kak
Isti, umur 28 tahun, asal Indramayu. Kak Isti selalu memasak makanan Indonesia
setiap kali aku datang. Makanya betah main kesana.
Saat mau
mengambil barang yang tertinggal tersebut, kebetulan professornya lagi keluar negeri, tepatnya ke
kroasia. Professor menyampaikan pesan pada staffnya agar mengantar aku
kerumahnya untuk bertemu kak Isti. Setelah diantar, ternyata kak isti meminta
aku untuk menginap dirumah professor karena kak isti enggak punya teman. Yasudah,
akhirnya hari itu aku menemani kak isti.
Saat sore
hari, kami berjalan-jalan disebuah taman di Lingya district. Aku kurang tau
nama tamannya apa karena semua informasi dalam bahasa Mandarin. Pokoknya,
tamannya bagus aja. Saat kami berjalan-jalan dan mengambil beberapa gambar,
kami bertemu dengan orang-orang Indonesia lainnya. Benar kata kak isti, kalau
kita jalan-jalan disana nanti akan ketemu orang-orang Indonesia yang bekerja
sebagai penjaga rumah juga. Kak isti keren, dia bisa mengenali orang-orang Indonesia.
Kak isti orang yang ramah, walaupun tidak kenal dengan mereka namun kak isti
selalu menyapa duluan. Katanya kalau ketemu saudara setanah air itu harus
disapa, tapi kalau di Indonesia dia enggak mau juga menyapa orang yag belum dia
kenal.
Setelah selesai
jalan-jalan, kamipun kembali kerumah dan menikmati hidangan berbuka puasa. Masakan
kak Isti enak-enak, bikin rindu rumah. Lalu, malam harinya, kami nonton TV
bareng tapi aku lebih suka liat album keluarganya professor. Waktu anaknya
kecil, imut-imut sekali. Ada sekitar 15 album yang aku lihat. Maklum, setahuku
professor itu cinta banget sama dunia fotografi sehingga semua momen dalam
hidupnya ada fotonya. Seru banget, aku jadi ingin seperti itu menjepret setiap
senyum orang-orang yang aku sayangi.
Malam semakin
larut, aku dan kak isti memutuskan untuk tidur. Namun, saat kak isti sudah
tidur, aku belum bisa memejamkan mata. Ada sebuah buku yang menarik berisi
tentang cerita-cerita orang hebat yang menginspirasi seperti Benyamin Franklin,
Hellen keler, dan lainnya. Aku menemukan buku tersebut di sudut kamar kak isti.
Buku tersebut berbahasa inggris, setelah aku lihat banyak sekali
coretan-coretan yang dibuat oleh professor di buku tersebut. Dari coretan-coretan
tersebut terlihat jelas bahwa usaha beliay belajar bahasa Inggris sangat keras.
Aku membaca
beberapa bagian dari buku tersebut sambil diiringi music klasik dan beberapa
waktu kemudian tertidur. Tertidur dan tertidur hingga lupa bangun sahur. Begitu
bangun, istighfar dan langsung sholat subuh.
Selesai sholat,
sambil menunggu jam 6.30 am. Aku menghidupkan lampu dan melanjutkan membaca
buku lagi. Padahal jam 08.00am aku harus segera kembali ke kampus. Karena terlalu
bersantai, aku baru selesai berbenah jam 07.49am. aku dan kak isti keluar rumah
untuk mencari taksi. Aku sudah menyiapkan alamat kampusku. Namun, malangnya
taksi yang kami panggil tidak mengerti dimana alamat tersebut karena tulisannya
berbahasa Inggris. Aku telah mencoba menelepon beberapa temanku, namun tidak
ada yang menjawab. Maklum, bagi anak muda Taiwan jam 08.00 masih terlalu pagi. Taksipun
pergi. Kami menunggu taksi yang lainnya. Sambil menunggu, aku mencari bantuan. Aku
lirik kanan dan kekiri untuk mencari orang yang tepat. Ada seseorang yang
sedang menunggu bus, kami meminta bantuan agar dia mau menerjemahkan kedalam
bahasa Mandarin. Sayangnya, busnya segera datang. Buru-buru dia menuliskan
alamatnya. Kami sedikit lega. Sejurus kemudian, datanglah taksi berikutnya, dengan
diberikan alamat yang ditulis orang tersebut di bawah alamat yang aku tulis
dengan bahasa inggris. Bapak sopir mengangguk-ngannguk, katanya dia tahu. Akupun
naik ke taksi tersebut , setelah bersalaman dengan kak isti, meninggalkannya dengan
perasaan khawatir.
Taksi terus
menyusuri jalan raya. Namun, instingku bilang jalannya ini salah. Seharusnya bapaknya
lurus tapi dia belok kiri. Aku hanya bisa berhusnuzhan, mungkin ada jalan lain.
Enggak lama setelah itu, aku bertanya dalam hati, kenapa bapaknya berhenti
disini?
Akhirnya aku
turun dari taksi tersdebut. Formosa Boulevard Stastion. Bener firasatku,
ternyata orang tadi menuliskan stasiun MRT. Tapi, okelah. Alhamdulillah aku
sudah sering naik MRT dan sudah hafal beberapa rute. Aku membayar taksi, dan
bapak itupun pergi. Aku berhenti sejenak, melihat tulisan Formosa boulevard station, aku sudah dua kali
kesani. Akupun mengambil langkah menuruni tangga menuju ruang bawah tanah itu. Setelah
member tiket, aku bingung mau kemana lagi karena disitu punya banyak pintu. Setelah
kebingungan sendirian, aku mencoba untuk tidak panik dan memasang wajah tenang.
Menarik nafas sejenak terus berfikir dan mengikut rambu-rambu penunjuk arah. Kampuskku
diarah selatan maka aku harus naik MRT Ghangshan. Keretapun datang, aku
langsung masuk kedalam MRT. Tidak jauh sebenarnya, hanya melewati dua stasiun. Hanya
sekitar 3 menit, akupun sampai di Haoyi Station. Lega, Alhamdulillah. Akupun mengikuti
petunjuk arah yang ada “EXIT” dengan Pedenya aku langsung mengikuti itu, tanpa
memperhatikan jalan mana yang aku ambil. Ternyata ada 4 pintu keluar dan setiap
pintu akan menuju jalan yang berbeda. Seharusnya aku mengambil pintu 2. Tapi malah
ke pintu 3. Aku menaiki escalator. Lumayan panjang, kalau dari bawah kita tidak
bisa melihat bagian atasnya. Setelah ditengah-tengah, kalau salah pintu gimana
ya? Dan saat tiba di atas, that’s right. Aku salah jalan. Huaaa dimana ini. Ini
bukan pintu keluar yang sering aku lalui bersama temanku kalau pulang
jalan-jalan. Aku mersas sedikit takut, aku melihat sekeliling, mencoba
menemukan kearah mana jalan menuju kampus. Namun ternyata susah, banyak
gedung-gedung tinggi yang menghalagi pandangan.
Aku menarik
nafas lagi. Yakin Allah pasti akan menolong. Aku mencoba bertanya pada
seseorang yang membaca komik dipinggir stasiun. Ternyata dia kurang bisa berbahasa
inggris dan belum pernah mendengar nama kampus yang aku sebutkan. Dia membawa
aku turun lagi menuju stasiun. Menuruni tangga lagi. Lalu ada petunjuk rute
perjalanan MRT. Disitu tertulis Haoyi(KMU). KMU menunjukan kampusku. Aku menujuk-nunjuk.
This is it. Lalu dia berkata, “ooohhh”. Lalu kamipun naik lagi. Dia bertemu
dengan temannya. Lalu temannya berkata bahwa aku tinggal jalan lurus saja namun
agak jauh. Setelah mengucapkan terima kasih, akupun melanjutkan perjalanan dan
setelah 20 menit kemudian sampai di asrama.
Alhamdulillah,
bisa sampai juga ke asrama. Saat bercermin, wajahku sudah memerah seperti udang
rebus karena kepanasan dijalan. Setelah meletakan barang-barang. Aku langsung
menuju laboratorium, pukul 09.37 am. Telat.
Sesampai disana,
aku meminta maaf pada temanku. Lalu dia berkata,” it’s okay, we must wait our
teacher”. Hampir saja…
N. B :
1. Jangan percaya 100% sama supir
taksi, apalagi di Luar negeri. Bahasanya beda. (jelaslah..).
2. kalau bisa berusaha untuk
detail. Hafal nama jalan-jalan yang dilewati dan ingat bentuk gedung atau
suasana perjalanan itu.
3. jangan malu bertanya. Tapi harus
pilih-pilih juga orangnya. Lihat yang keliatannya baik dan bisa bahasa inggris.
4. tapi kesasar itu, cool… J kalau akhirnya nemu
jalan pulang. Kalau diculik? Enggak jadi cool hehe
5. Intinya hati-hati di tempat
asing. Kalau enggak kepepet, usahakan kemana-mana bareng teman.