Sepeda : Sehari Bersama Kamu Bahagia Selamanya
Suatu pagi,
beberapa menit setelah fajar beranjak dari peraduannya untuk menyapa dunia. Di sebuah
desa nun jauh dari kota dengan menyambut dengan embun dan nafas pagi yang
menyegarkan. Diujung jalan desa tersebut, sayup-sayup terdengar sebuah percakapan
dua anak manusia yang sedang mensyukuri hadirnya satu sama lain dihadapan mata.
“Kamu tahu bagaimana
cara menikmati desa ini?”
“Hmmm….I have no
idea. Tell me, please!”
“Tebak dulu dong”
“Apa ya? Kamu yang
paling tahu tentang tempat ini. tentu kamu yang lebih tau”
“Oke baiklah…gak
seru, cepet banget nyerahnya. :P”
“nah gitu dong, yes
yes…haha”
“Jadi, Hal yang
paling menyenangkan dan paling tidak bisa dilupakan seumur hidup adalah
mengeliling sawah-sawah disini naik sepeda. Sambil menghirup udara pagi,
menyaksikan mentari terbit, dan …..(cerita terhenti, hanya senyum yang
mengambang)”
“dan???”
“ah itu rahasia. Jadi
bagaimana setuju kalau kita naik sepeda?”
“emang punya sepeda?”
“gampang, tinggal
pinjam ke adik-adik disini”
“serius?”
“yaa serius, sudah
bilang dari lama kok”
“hmmm….tapi kan aku..”
“tapi kenapa?”
“aku enggak bisa naik
sepeda”
“iya, aku tahu.”
“kalau sudah tau,
kenapa tetap naik sepeda? Jalan aja deh”
“Kan sudah dibilang,
kalau ini akan jadi cerita yang tidak bisa dilupakan seumur hidup”
“Nanti kalau aku
jatuh bagaimana?”
“tenang, aku sudah bawa
betadin, kasa, plester, alkohol. Kamu jangan takut jatuh. Kamu enggak lupa kan
aku kuliah dimana? Haha”
“Iya…”
“Tenang, kamu enggak
bisa naik sepeda karena kamu enggak pernah mencoba. Yuk sini kita kerumah anis
buat pinjam sepedanya.”
Beberapa saat
kemudian. Mereka melanjutkan perjalanan dengan menuntun sebuah sepeda.
“Kamu yakin kita
jalan-jalannya naik sepeda”
“yakin, yuk sini aku
bonceng. Kamu duduk disini, terus kakinya letakin disini. Awas jangan
goyang-goyang biar enggak jatuh. Kamu kan berat”
“iyaa iyaa…aku duduk
disini”
“sip sudah siap ya”
“lanjut”
Mereka berdua membelah sawah dengan
sepeda itu berdua. Dua-duanya bahagia walaupun seorang lagi berusaha kuat untuk
mendayung. Ketika jalannya menurun, mereka saling tertawa dan juga takut. Saat jalan
menanjak, seorang yang didepan menambah kekuatan kaki untuk mengayuh pedal
sepeda, sedangkan yang dibonceng? Dia member semangat J. Seluruh desa yang
dikelilingi sawah sudah dijelajahi.
“Aku bonceng kamu sampai dua putaran sawah-sawah ini saja ya. Terus kita
akan belajar naik sepeda. Biar kamu bisa gentian bonceng aku”
“serius, ah gak mau”
“yah, kamu harus belajar sesuatu. Masa’ enggak berani?”
“siapa bilang. Liat aja nanti, aku bakalan cepet kok belajar naik
sepeda. Sepeda doang mah gampang”
“somboooooonnnggggg”
“hahahhaa”
“yuk mulai”
“Oke”
Lalu seorang dari mereka menjelaskan
beberapa teori sederhana tentang naik sepeda seperti keseimbangan, letak rem
dan hal lain yang sederhana namun luar biasa. Belajarnya menyenangkan sekali,
penuh canda tawa dan jiwa pantang menyerah. Seperti ada sesuatu. Sudahlah, biarkan
saja mereka menyelesaikan cerita hari ini bersama. Mereka hanya punya hari ini.
“ayo semangat”
“oke…” (sambil terus mengayuh pedal)
“yei, kamu pinter. Udah mulai bisa(padahal setelah 8 jam belajar
mendayung, 20 kali jatuh dan selalu enggak seimbang).
“itu kakinya jangan pernah berhenti dayung sepedanya, biar tetap
seimbang, biar enggak jatuh”
“iya, jangan cerewet”
“ini bukan cerewet, dengerin kata pelatih”
“iya, baik bu pelatih”
Sepertinya mereka akan disana
sampai matahari tenggelam. Sudah berjam-jam mereka belajar disawah sana. Cuma istirahat
untuk makan, sholat dan minum. Lalu lanjut belajar naik sepeda lagi. Hingga matahari
perlahan kembali keperaduannya. Dan kini langit berubah warna jingga.
Hey, apa itu tidak salah. Kenapa sekarang
terbalik?
“yeeeiiii, akhirnya aku bisa dibonceng. Akhirnya aku berhasil jadi
pelatih"
Yeeiiii…Alhamdulillah”
Yeeiiii…Alhamdulillah”
“yeiii…. Pegangan yang kuaaatttt….ini ada turunan”
“Oke kapten”
Siapa sangka, latihan mereka naik
sepeda berhasil. Kini dua-duanya sudah bisa naik sepeda. Mataharipun sambil
tersenyum meninggalkan mereka. matahari merasa tidak sia-sia menemani mereka
seharian. Ternyata, mataharipun menyadari sesuatu, ah sudahlah, biarkan mereka
menyelesaikan cerita mereka :)
“Yuk, sudah mau gelap. Mari kita pulang”
“oke”
“eh, jangan ngebut. Santai aja”
“Gak apa-apa, ini asik biar banyak anginnya”
Tak lama kemudian,
buuukkkk….mereka jatuh berdua
karena ada batu didepan mereka. mereka masuk disawah yang masih basah. Bisa di
bayangkan? Yaaa baju mereka kotor, berlumpur. Tau apa yang mereka lakukan
kemudian? Mereka tertawa bersama sambil bermain lumpur.
Duh, usia mereka berapa sih? :)